Sabtu, 17 Oktober 2015

KEKUATAN PROYEKSI KEINGINAN




Apa yang bisa kita pelajari dari para ahli okultisme Eropa tentang kekuatan terbesar yang dimiliki manusia ialah keinginan yang diproyeksikan dengan benar. Kini, kita mungkin tidak banyak memikirkan kekuatan keinginan. Namun, inilah kekuatan yang digunakan para ahli sihir kuno untuk mencetuskan pelbagai peristiwa adikodrati dalam kehidupan mereka. Perbedaan antara keinginan dan tujuan ialah: bagi banyak orang tujuan hanyalah sebuah aksi mental – sejenis khayalan – dimana kekuatan keinginan yang diproyeksikan dari kesadaran terdiri dari bukan hanya pikiran-pikiran dan hasrat, melainkan juga gairah dari kekuatan hidup kita. Keinginan kita, yang diproyeksikan secara benar, akan mengandung ramuan-ramuan penting, yaitu jiwa kita, yang merupakan hal penting esensial dari keberadaan kita.

Kekuatan jiwa itu, yang didefinisikan secara jelas, akan memusatkan perhatian Anda pada keinginan, dengan konsentrasi yang diasah hingga sedemikian rapi dan murni yang memotong realitas dan melontarkan seluruh kekuatannya kepada beragam sasaran. Ingat, kesadaran Anda berada dalam samudera kesadaran yang merupakan seluruh energi dan bentuk pemikiran dari dunia di sekeliling Anda. Energi manusia di sekeliling kemungkinan sangat lemah. Kekuatan kecil yang mereka miliki kerap berkurang akibat adanya letupan emosi.

Di tengah orang-orang yang diamuk emosi, datanglah orang yang berkeinginan kuat: dia tegar, penuh keyakinan, digeluti hasrat dan imajinasi. Dengan menyingkirkan emosi dia berdiri pada landasan yang tampak serupa anak tangga atau berada dua kali lebih tinggi dari kerumunan manusia, paham benar bahwa kekuatannya tidak dapat dihentikan.

Apakah Hukum Alam sanggup meniadakan sosok ini? Tidak. Kekuatannya terlalu besar. Keinginannya tidak dapat dijinakkan oleh gagasan-gagasan tentang kepantasan, baik dan buruk, memiliki atau tidak memiliki. Kekuatannya terpusat semata-mata pada apa yang dia inginkan. Hasratnya bersumber dari kekuatan keinginan. Kekuatan murni berasal dari keinginan, karena pikiran itu telah terpendam dalam keinginan, diteguhkan oleh jiwa keberadaan, yang tak dapat menyingkirkannya.

Ketika pertama kali berhadapan dengan gagasan ini, saya secara alamiah melawan agresi yang dibutuhkan untuk meraih tingkat intensitas tersebut. Bagi saya, “salah” kalau kita memakai istilah gaib untuk menjelaskan kekuatan seseorang, memaksa kehidupan agar bersedia menggenggam setiap keinginan dan tingkah seseorang. Namun secara perlahan-lahan saya mulai terbiasa dengan gagasan itu dan mengembangkan teori mengenai moralitas dengan cara saya sendiri. Saya segera menyadari bahwa apa yang penting bagi saya ialah pencapaian, dan saya tahu, saya harus meraihnya dalam masa hidup saya ini. Bagaimana saya bisa mendapatkan hal itu, menyediakan sesuatu yang tidak menyakiti orang lain, adalah hal yang tak relevan.

Yang harus disadari ialah apa yang Anda inginkan dan seberapa besar energi yang dipersiapkan untuk mewujudkan keinginan itu? Apabila semangat Anda biasa-biasa saja, boleh dipastikan bahwa sebenarnya Anda tidak menghendaki apa yang Anda kerjakan, atau pencarian Anda tidaklah penting bagi Anda. Tetapi jika beberapa aspeknya sangat spesial bagi Anda, maka hal itu akan menjadi hal yang sakral. Selanjutnya, seberapa besar komitmen merupakan soal penting, karena Anda tahu bahwa alasan hidup terdapat dan berada dalam satu pencarian atau pencapaian tersebut.

Kalau begitu, Anda harus memanfaatkan setiap bagian dari keberadaan Anda, melalui upaya fisik, ketajaman mental atau kekuatan yang kasat mata, untuk berfokus pada tujuan. Di suatu tempat dalam kehidupan barangkali ada penolakan atas petualangan, bagian-bagian dari hasrat Anda yang tak dapat disingkirkan dari esensi keberadaan Anda. Apakah Anda bermaksud mencampakkannya ataukah bersiteguh pada komitmen dan cukup percaya diri untuk menuntut hidup, orang-orang, atau lingkungan agar mewujudkan keinginan Anda, tanpa penyesalan, alasan, ataupun dalih, ketimbang apa yang dituntut?

Inilah poinnya: seandainya tujuan Anda sangatlah kuat dan keinginan Anda benar-benar mampu menggerakkan orang-orang mewujudkan apa yang Anda inginkan, maka Anda harus percaya diri. Anda harus yakin kepada kekuatan diri sendiri. Apabila ada sedikit keraguan, hal itu dengan cepat akan melemparkan Anda dari tempat yang berkemungkinan tak terbatas ke tempat yang berkemungkinan lebih terbatas.

Bayangkanlah seekor macan di tengah hutan, apakah ia akan heran seandainya rusa yang dikejarnya adalah miliknya? Adakah pernyataan tentang kebermaknaan dirinya sebagai macan? Menjadikan segala sesuatu saling berhubungan adalah cara Tuhan mengatur alam. Mahluk kecil memberikan dirinya kepada seekor macan seperti alam memberikan dirinya demi kehidupan mahluk hidup. Keseimbangan sempurna terpelihara.

Satu-satunya hal yang harus diwaspadai ialah bahaya berada di puncak dan merebut kesempatan orang lain atau hanyut oleh bisikan ego. Di dunia dimana setiap orang memanfaatkan atau mengendalikan orang lain, bukankah mengasikkan kalau kita bisa sukses tanpa harus memakai cara-cara kotor?

Takala berkonsentrasi pada kehidupan dan diri sendiri, kita dengan cepat akan menjadi lebih kuat dibandingkan 99 persen orang yang kita hadapi. Kita harus berhati-hati terhadap energi amarah kita dan tidak terhanyut oleh kemapanan atau posisi yang ada. Seandainya tidak berhati-hati, cepat atau lambat kita akan merusak diri sendiri. Atau yang terburuk, kita barangkali bisa mewujudkan segenap keinginan. Tetapi saat melihat masa silam, kita melihat kejahatan, melihat bahwa kita berhasil menerjemahkan pencarian kita ke dalam lingkup material namum gagal menerjemahkan keuntungan-keuntungan material itu menjadi kode kehidupan yang luhur atau esensi spiritual.

Kita bisa duduk bersama sang kekasih dan membicarkaan kebutuhan-kebutuhan finansial sehingga kita dapat merumuskan apa yang diinginkan dan apa yang dituju. Kemudian kita bisa menyesuaikan keinginan dan impian kita agar sesuai dengan maksud dan tujuan sehingga menjadi cukup kuat untuk mengirimkan apa pun yang kita kehendaki.

Apabila tujuan kita tidak setinggi itu, kita harus bisa menerima hal itu sebagai fakta dan boleh jadi kita harus mengatur alternatif, kita bisa bekerja sesuai dengan tujuan melalui konsentrasi dan disiplin agar dapat membuatnya lebih kuat. Lantas, di saat hal itu sudah cukup kuat, kekuatan proyeksi keinginan akan menjamin terwujudnya gairah kita.
(Sumber: “The Force of Your Will Projected”, Struat Wilde)

Baca: APA VISI DAN MISI HIDUP ANDA?





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w