Selasa, 01 Oktober 2013

ASURANSI ADALAH PERLINDUNGAN KELUARGA!






Apabila berpikir gaya hidup hanya sebatas mengikuti trend terkini, Anda salah! Karena Anda juga harus berpikir tentang masa depan, yang tentu tidak dapat diprediksi. Pernahkah terbayang oleh Anda bahwa asuransi pun bisa menjadi asset untuk mempertahankan gaya hidup dalam dalam jangka waktu panjang?
Baca:  Asuransi untuk Pekerja Pemula
Asuransi, mendengar istilahnya saja sebagian orang mungkin akan langsung menutup diri dan beranggapan orang yang diajak bicara adalah seorang agen asuransi. Beberapa orang memang terkesan “alergi” untuk membicarakan asuransi. Jangankan memiliki kebutuhan untuk berasuransi, pengertian asuransi yang seutuhnya saja belum dipahami.
Kesadaran berasuransi dalam masyarakat Indonesia memang masih terbilang rendah. Menurut data dari AAJI (Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia), penetrasi pasar asuransi di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 4%.
Di antara Negara-negara ASEAN, penetrasi asuransi di Indonesia pun termasuk sangat rendah. Bandingkan misalnya dengan Singapura telah mencapai sekitar 6%.

Pertanyaannya, mengapa kesadaran berasuransi masyarakat Indonesia sangat rendah, padahal ada banyak manfaat yang bisa didapat dari berasuransi?

Baca:  Uang Bukan Segalanya, Tapi Segalanya Perlu Uang...

PERSEPSI YANG SALAH
Persepsi adalah akar dari setiap proses pemikiran seseorang. Menyangkut soal asuransi, persepsi yang berkembang di tengah masyarakat umumnya terkait dengan produk yang susah dimengerti, proses klaim yang rumit atau pengalaman negative dengan seseorang agen asuransi karena terlalu mengejar secara agresif.
Hal itu membuat orang semakin takut dengan asuransi. Terlebih, manfaat tidak bisa segera dirasakan oleh sang pemegang polis, melainkan oleh ahli warisnya. Padahal jika dilirik lebih jauh, dewasa ini istilah asuransi bukan lagi hal yang asing. Ironisnya, para pemegang polis pun sering kali tidak memahami secara detail produk yang telah dibelinya.
Berdasarkan pengalaman, sering kali pemegang polis masih tidak tahu detail coverage yang dimilikinya, uang pertanggungannya, bahkan beberapa juga tidak tahu berapa besar preminya serta tidak memberi tahu ahli warisnya.
Pada intinya, banyak yang sudah membeli polis asuransi, tetapi tidak tahu apa yang sebenarnya dibeli. Kalau sudah begini, yang rugi adalah pemegang polo situ sendiri. Sudah membayar premi secara teratur setiap bulannya, tetapi akibat ketidak tahuan dan ketidak pedulian, tak bisa memanfaatkan asuransi dengan maksimal. Bahkan bila terjadi sesuatu dengan diri sendiri, gara-gara tidak memberitahu ahli waris perihal polis, ahli waris tidak mendapatkan uang pertanggungannya (santunan kematian) sepeser pun karena pengurusan klaim tidak pernah dilakukan.
Ini bukan masalah orang tersebut berpendidikan atau tidak. Masalahnya adalah apakah pembelian polis tersebut terjadi karena merasa butuh atau karena merasa terpaksa, tidak enak oleh agen yang menawarkannya, atau sudah lelah dikejar-kejar oleh agen asuransi?
Baca:  Agen Asuransi adalah PROFESI MULIA...

POTENSI PASAR BESAR
Dengan penetrasi yang masih rendah, pasar asuransi di Indonesia sangat besar. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, masyarakat memperlihatkan tedensi untuk memiliki asuransi. Secara perlahan tapi pasti, memiliki polis asuransi pun telah merasuk menjadi bagian dari gaya hidup dan semakin member kepercayaan diri untuk merancang masa depan.
Hal ini boleh jadi di dorong oleh perubahan fenomena yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kini kita mengenal istilah “sandwich generation”, untuk menggambarkan kondisi generasi yang terjepit ditengah-tengah. Menghidupi anak dan keluarga sendiri serta masih harus membiayai kehidupan orang tua.
Otomatis, generasi yang terjepit itu harus lebih kreatif mengelola keuangan agar segala kebutuhan tetap terpenuhi, tanpa harus membuat gaya hidup merosot dari biasa yang dinikmati. 

Pertanyaan selanjutnya, apabila terjadi sesuatu dengan sang pencari nafkah lalu apa yang akan terjadi dengan keluarga yang ditinggalkan?

MEMPERSIAPKAN DIRI
Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Panjang pendeknya usia tak bisa diprediksi. Yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan segala sesuatunya jika rencana tak berjalan sesuai harapan. Terutama bagi kelangsungan hidup orang-orang yang akan ditinggalkan.
Antisipasi, bukan pesimis. Lagi pula bicara asuransi ada hal lain yang lebih luas yang terkait di dalamnya, yaitu “asurasnsi itu mengenai keeping your lifestyle dan enjoying your life.”
Seorang ibu beranak dua yang baru saja kehilangan suaminya akibat sakit kanker, dihadapkan pada kenyataan besarnya biaya pengobatan selama berbulan-bulan yang harus segera dilunasi. Mengingat biayanya yang sangat besar, ia terpaksa harus menjual rumah, menguras tabungan, dan hutang tetap belum terlunasi. Ia terus berusaha mencari pinjaman ke sana kemari demi melunasi seluruh biaya perawatan suaminya. Bukan hanya kehilangan orang yang dikasihinya, ia harus pula kehilangan seluruh materi. Kalau sudah begini, jangankan berpikir untuk menikmati hidup, mempertahankan standar hidup seperti biasa saja sulit.
Baca:  Rumah dan Mobil Harus Dijual...
Demikian pula soal pendidikan anak. Sudah menjadi rahasia umum bahwa biaya pendidikan terus meningkat setiap tahunnya, bahkan melebihi angka inflasi. Meski sudah membuat prediksi, jika tak disiapkan secara pasti dengan perhitungan yang detail, pada saat dibutuhkan ketika anak memasuki jenjang kuliah, misalnya bisa saja biaya tak mencukupi. Akibatnya, selain harus mencari pekerjaan tambahan, hidup juga harus lebih irit demi memasukkan anak ke sekolah berkualitas.
Baca:  Pendidikan adalah HAK & KEWAJIBAN Anda!

Hidup memang tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan, keinginan dan rencana. Pertanyaannya, ketika hal itu terjadi, apakah Anda sudah siap???





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!

Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan