Selasa, 07 Agustus 2012

BELAJAR DARI ALAM...




Dulu semasa kuliah di Jogja, saya sering mendaki gunung. Gunung-gunung di sekitaran Jawa Tengah, bahkan sudah beberapa kali saya daki sampai ke puncaknya.
Dari pendakian-pendakian tersebut, saya belajar banyak hal tentang:
·      Bagaimana mencintai alam,
·      Tidak egois – harus saling menolong,
·      Fokus pada tujuan,
·      Persiapan diri dan perencanaan yang matang, dan
·      Sabar – rendah hati serta mental dan sikap pantang menyerah…

Gunung yang sangat besar menyampaikan pesan bahwa diri kita sangatlah kecil, dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan alam semesta yang begitu luas dan indah.
Hutan belantara yang mencekam disepanjang jalur pendakian, mengajarkan kita agar mampu mengendalikan ego dan keangkuhan, bahwa kita harus bersahabat dengan alam.
Puncak gunung yang tinggi memberikan pelajaran yang sangat berharga, bagaimana caranya kita berusaha dengan gigih dan semangat pantang menyerah untuk terus naik sampai ke tujuan.


TIDAK EGOIS – MAU SALING MENOLONG
Ketika kita sedang mendaki gunung, setiap orang harus saling menjaga, tolong menolong, dan satu sama lain harus saling memotivasi agar semua bisa sampai ke puncak.
Bagi Anda yang pernah mendaki gunung, ketika ada kawan yang mengeluh penat, maka kita harus berhenti menunggu sampai dia mampu berjalan lagi. Jika ada teman yang merasa haus, kita harus spontan mengambil air yang disimpan di saku carrier – tas gunung.


FOKUS PADA TUJUAN
Seorang pendaki gunung harus cermat memperkirakan berapa jam perjalanan akan ditempuh untuk tiba di puncak, agar bisa melihat indahnya matahari terbit muncul dari ufuk timur.
Seberapa berat carriernya dan apa saja yang harus dibawa. Semuanya dengan mengedepankan tujuan utama, yaitu untuk sampai ke puncak dan kembali dengan selamat.


PERSIAPAN DIRI YANG MATANG
Pendaki tidak akan membawa sesuatu yang tidak penting, yang akan menghambat pendakiannya. Dalam pendakian gunung kita wajib memperhatikan peralatan pendakian gunung yang lengkap dan tepat guna.
Yang utama adalah persiapan fisik sehingga tubuh bugar dan kuat untuk mendaki, membawa makanan dan minuman secukupnya, serta perlengkapan wajib yang diperlukan, seperti: carrier-tas gunung, jaket gunung, sepatu gunung, kompas, senter, jam tangan, jas hujan/ponco, kupluk, masker, sarung tangan, peralatan masak, sleeping bag, aksesoris pakaian dan pakaian pengganti serta P3K.


SABAR – RENDAH HATI
Pada saat mendaki, ada saja teman yang bersikap menyebalkan, banyak mengeluh, perlengkapannya yang tertinggal, melakukan kesalahan dan lain sebagainya.
Namun, kita tetap harus menanggapinya dengan santai agar bisa sampai ke puncak dan kembali dengan selamat. Tidak mudah memang, namun hal itu mutlak harus dilakukan.
Kadang ada teman yang egois dan emosional, padahal fisiknya lemah. Tapi, sekalipun kita lebih kuat, harus tetap sabar dan rendah hati. Karena seburuk apapun sikapnya, dia adalah kawan seperjalanan kita.


BETAPA INDAHNYA CIPTAAN TUHAN
Gunung Merapi bisa meletus kapan saja, harimau dan hewan buas sejenisnya bisa saja tak sengaja jalan-jalan dan nongkrong di jalur pendakian kita.
Namun, pendaki gunung dengan keyakinan yang bulat dan niat yang kuat tetap melangkah untuk menyapa alam, dan menikmati betapa indahnnya alam semesta ciptaan TUHAN…


“Puncak gunung kehidupan hanya bisa dicapai oleh mereka yang mau belajar dari alam, tidak egois – mau saling menolong, fokus pada tujuan, persiapan diri yang matang, sabar – rendah hati, dan mensyukuri betapa indahnya dunia ini…”
(Johanes Budi Walujo)


Baca: VISI MASA DEPAN





Salam Sejahtera & Sukses Selalu!


Drs. Johanes Budi Walujo
HP: 0811.2332.777
WA: 081.809.271.777
BB: 28C2CEC2 / 52B90B35
Instagram: johanes_budi_walujo
Twitter: @johanesbudi_w
Website: SEMANGAT - Kampus Kehidupan